Surat Terbuka untuk “Haters” Ulama dan UAS
[PORTAL ISLAM] Jangan pernah memanfaatkan keadaan untuk terus mencari kesalahan oposisi terutama para ulama.
Jangan pernah suka memanfaatkan keadaan dimana kalian hidup di rezim ini yang tidak peduli umat islam dan suka menyebut islam adalah radikal.
Jangan pernah memanfaafkan kondisi negara saat ini yang dipimpin oleh kalangan islamophobia, lalu anda melanjutkan persekusi ulama.
Pelaporan UAS ke polisi karena ceramah yang dianggap menghina kristen adalah salah alamat, gegabah, dan dilakukan dengan kebodohan maksimal.
Pelaporan UAS ke polisi menunjukkan langkah yang tergesa gesa dan gegabah, karena sejatinya selama ini kebencian anda kepada islam sudah disimpan lama, namun belum ketemu momentumnya.
Pelaporan UAS ke polisi menunjukkan anda merasa kuat karena merasa satu DNA dengan rezim yang bekuasa, meresa ada yang membela.
Pelaporan UAS ke polisi dengan bukti ceramah untuk internal umat islam adalah langkah mencari cari kesalahan yang menunjukkan kebodohan luar biasa dari pihak anda sebagai pelapor.
Pelaporan UAS ke polisi hanya akan menyibak wajah busuk anda selama ini yang sangat membenci islam, karena anda menghina islam didalam gereja gereja terasa belum cukup.
Pelaporan UAS ini adalah sikap arogansi kaum minoritas yang tidak tau diri dan tidak tau malu, ini mungkin karena kaum mayoritas terlalu baik kepada mereka selama ini.
Ormas ormas kristen yang melakukan pelaporan UAS ke polisi bisa disebut ormas kristen radikal yang dibalut dengan kebodohan luar biasa.
Kalau anda gagal paham soal ceramah orang islam, maka bagusnya anda belajar lagi kepada pendeta pendeta anda, anda sekolah lagi soal teologi, jadi bagusnya ke sekolah bukan ke polisi. Jangan sampai sudah kafir bodoh pula.
Umat islam sudah lama bersabar atas arogansi minoritas di negeri ini, jadi jangan terus terusan memancing di air keruh, karena akibatnya nanti anda sendiri tidak akan mampu menanggungnya.
Umat islam tidak punya ajaran kalau pipi kiri ditampar maka berikan pipi kanan, karena kalau anda memilih menampar pipi kiri kami duluan, maka kami akan tampar pipi kanan anda bahkan 100x tamparan yang lebih keras.
Umat islam diajarkan damai, tapi bukan berarti anda bebas bermain api dan test case, umat islam damai makanya anda hidup disini dengan aman dan nyaman, kalau kami bar bar dan arogan, gak tau nasib anda akan bagaimana, maka merenunglah. Jangan suka cari kesalahan yang gak perlu.
Umat islam diajarkan damai, ratusan ayat alQuran mengajarkan kami soal esensi damai ini, tapi kalau anda mengusik umat islam, maka anda silahkan baca surat at taubah dalam kitab suci kami, disana tidak ada lagi kata Bismillah sebagai tanda baca awal alquran, karena surat ini identik dengan kemarahan kami.
Umat islam tau kapan damai kapan tidak, tau kapan diam dan kapan membalas, tau kapan diam dan kapan mengambil sikap. Maka hiduplah dengan damai di negeri yang indah ini, jangan cari masalah dan cari cari konflik.
Cek dan ricek segala sesuatu sebelum berbuat, jangan arogan dan jangan suka berlebihan. Soal agama adalah soal sensitif, lebih sensitif daripada masalah politik. Maka hati hatilah dalam melangkah.
Umat islam terkenal damai di seluruh dunia, dibantai, dihabisi, dikudeta, diserang dst. Tapi kami tidak sembarangan membalas, karena umat islam punya aturan yang ketat soal soal nyawa dan nama baik orang lain termasuk yang beda agama, maka pelajarilah kami sebelum anda mencari masalah dengan kami.
Kami damai bukan karena kami lemah, tapi kitab suci kami tidak mengizinkan perang sembarangan kalau tidak mencukupi syarat, nabi kami dulu sampai menunggu turun ayat izin perang bertahun tahun karena beliau tidak mau berperang kalau belum ada restu langit.
Berhati hatilah dalam hal ini, umat islam cinta damai, itu sudah terbukti di lapangan bukan sebatas khutbah palsu di mimbar mimbar tapi dilapangan anda terus mengutus misionaris untuk menyerang agama kami.
Karena kalau umat islam sudah marah, dan semua syarat sudah terpenuhi, sejarah mencatat, tidak ada benteng pertahanan yang terlihat kuat didepan umat islam. Raja dan Gubernur saja kami singkirkan, apalagi yang gembel gembel.
Selamat merenung, lanjutkan hidup yang damai. Jangan suka bermusuhan karena akhir dari sebuah permusuhan tidak ada yang indah. (*)
*Penulis: Tengku Zulkifli Usman (Analis Politik Islam)