#UnInstallBukaLapak, Politik Baper Terkini
Jakarta - Para pendukung Jokowi (Jokower) ramai-ramai melambungkan tanda pagar #UnInstallBukaLapak. Pemicunya, bos BukaLapak menulis frasa presiden baru di akun twitternya yang dianggap tidak mendukung Jokowi. Inilah politik baper terkini.
Baper, bawa perasaan. Itulah yang tepat menggambarkan tanda pagar #UninstallBukaLapak yang belakangan ramai dibincangkan. Walhasil, sejak Kamis (14/2/2019) malam hingga Jumat (15/2/2019) pagi, tagar itu menempati posisi topik yang ramai dibincangkan oleh warga internet (internet citizen) di twitter dan ragam platform media sosial lainnya.
Kicauan Achmad Zaky, bos BukaLapak di platform media sosial Twitter berbuntut panjang. Isu utama kicauan yang ditulis Zaky sebenarnya pada persoalan politik anggaran pada penelitan dan pengembangan (research and development) di sektor industri 4.0 yang ia nilai cukup rendah.
Ia membandingkan alokasi anggaran di Indonesia dengan sejumlah negara lainnya. Hasilnya, politik anggaran di Indonesia paling rendah dibanding negara lainnya. Ia membandingkan dengan negara Malaysia, Singapura, Taiwan, Australia, Jerman. Di akhir twit, Zaky menuliskan "Mudah2an presiden baru bisa naikin," kicau Zaky.
Kalimat terakhir "Mudah2an Presiden baru naikian" itulah yang membuat merah kuping pendukung Jokowi. Di media sosial Twitter tanda pagar #UnInstallBukaLapak menjadi tren percakapan para warga internet.
Melalui akun media sosial InstagramSekretaris Tim Kampanye Naisonal (TKN) Jokowi-Ma'ruf Hasto Kristiyanto yang secara tegas menuding Zaky telah memilih sikap yang berbeda dengan Jokowi Menurut Hasto, politik merupakan keberpihakan. Ia menyebut Jokowi telah memberikan banyak dorongan kebijakan pada bisnis start-up.
"Itulah kemajuan bersama Pak Jokowi. Ketika ada aksi sepihak lalu Ahmad Zaki menyatakan sikap berbeda, maka pilihannya satu: Un-Install buka lapak," tulis Sekjen DPP PDI Perjuangan ini seraya menulis tagar #UnsintallBukaLapak.
Menariknya, tanda pagar tandingan terhadap tagar tersebut juga muncul yakni #DukungBukaLapak. Tagar dukungan terhadap BukaLapak itu jika diidentifikasi muncul dari pendukung Prabowo-Sandi. Isu nasionalisme muncul dari tagar dukungan terhadap Bukalapak ini. Meski jika melihat jumlah percakapan dua tagar itu, tagar #UnInstallBukaLapak masih unggul dibanding #DukungBukaLapak.
Fenomena ini seolah mengulang hal serupa beberapa waktu lalu. Seperti muncul tagar #UnInstallTraveloka yang dipicu oleh aksi walk out (WO) Ananda Sukarlan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tengah berpidato dalam acara peringatan 90 tahun Koleses Kanisius 14 November 2017 lalu. Ananda merupakan salah satu pendiri aplikasi perjalanan dan penyedia fasilitas hotel Traveloka.
Jauh sebelumnya, saat aksi 411 dan 212 sebagai respons atas kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), massa banyak mendapat konsumsi sari roti oleh dermawan yang bersimpati atas aksi itu. Di mesia sosial, foto-foto gerobak Sari Roti beredar luas. Manajemen Sari Roti pun bereaksi jika Sari Roti tidak ada hubungannya dengan aksi 411 maupun 212.
Klarifikasi manajemen Sari Roti berujung fatal. Simpatisan aksi 411 dan 212 itu pun menggelorakan boikot Sari Roti. Dalam beberapa saat, terkonfirmasi penjualan Sari Roti melorot, imbas aksi itu.
Reaksi pihak-pihak yang merasa tak nyaman atas aksi pihak lainnya seperti "Boikot Sari Roti" dan "UnInstallTraveloka" yang dikaitkan dnegan produk atau karya memunculkan sebutan "Kaum Sumbu Pendek".
Kini, sebutan sumbu pendek itu pun melekat pada kubu pendukung Jokowi. Substansi kritik bos BukaLapak sejatinya hal yang logis dan faktual. Tak perlu baper apalagi menurunkan kelas dengan memboikot produk karya anak bangsa, seperti BukaLapak.
Kritik itu semestinya dijawab dengan tawaran program yang konkret terkait dengan peningkatan alokasi anggaran untuk penelitan dan pengembangan khususnya di era revolusi 4.0. Karena nyatanya, revolusi 4.0 hanya menjadi jargon dan gagah-gagahan tanpa ada peta jalan yang jelas untuk menguatkan sektor ini.
Sumber: inilah.com